Fimela.com, Jakarta Ilmuwan di Oxford University lakukan uji coba vaksin AstraZeneca dalam bentuk obat semprot hidung. Rencana ini diharaokan bisa merespon kekebalan tubuh yang lebih kuat dari suntikan.
Hal ini sedang dalam penelitian oleh para pakar medis sebaga metode baru yang lebih efektif. Vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca dalam bentuk baru sedang disiapkan di fasilitas riset medis di Oxford. Di sana pula, Oxford University, berkolaborasi dengan AstraZeneca, setahun silam mengumumkan bahwa vaksin mereka akan memberi perlindungan tingkat tinggi terhadap COVID-19.
Mengingat vaksinasi yang diberikan saat ini masih berupa suntikan, dengan penelitian pengembangan vaksinasi melalui semprotan hidung, maka diharapkan akan lebih efektif dari metode sebelumnya.
Advertisement
Tahap uji coba
Dikutip dari VOA Indonesia, Lyle Hopkins adalah satu dari 30 orang yang menjadi partisipan dalam uji coba tersebut. Setelah menerima semprotan vaksin itu, ia mengatakan, "Jauh lebih baik dari yang saya perkirakan. Saya kira ini akan menggelitik atau semacam itu, tetapi saya hampir-hampir tidak dapat merasakannya… Rasanya manis, agak manis.”
Dr Sandy Douglas adalah seorang ilmuwan klinis dan ketua tim riset di sana. Ia menjelaskan, "Kami memberikan vaksin ini sebagai semprotan hidung ke sejumlah kecil orang. Kami telah memberikannya kepada 30 orang sejauh ini, dan kami melangkah ke tahap uji coba berikutnya, di mana kami akan memberikannya ke 12 orang lagi.”
Melibatkan para sukarelawan
Lyle telah divaksinasi lengkap, tetapi ia ambil bagian karena para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian itu sangat percaya bahwa meskipun suntikan vaksin asli Oxford University/Astra Zeneca berhasil, masih ada ruang untuk modifikasi.
Douglas menambahkan, "Kami tahu vaksin yang ada sekarang ini berdampak pada penularan virus, tetapi tampaknya vaksin-vaksin itu tidak sama sekali menghentikan penularannya. Mungkin, dengan memberikan vaksin ke hidung, dan dalam menciptakan respons kekebalan di hidung, kita dapat lebih efektif lagi dalam mengurangi penularan. Dan saya pikir manfaat penting lainnya terkait dengan kenyamanan dan ini arah yang berbeda di mana orang merasakan mendapatkan vaksin dengan cara yang berbeda.”
Para sukarelawan berusia antara 18 dan 40 tahun, warga Oxford setempat dan akan diteliti dalam periode empat bulan. Respons sistem kekebalan yang dibangkitkan oleh vaksin akan dipantau. Begitu pula faktor keamanan dan reaksi negatif lainnya.
Meera Madhavan adalah ketua tim riset klinis di Jenner Institute. Ia mengatakan mempelajari respons kekebalan tubuh secara khusus di hidung setelah mendapat semprotan hidung, jelas dapat mengubah cara kita memandang vaksin. Ia menjelaskan, "Masuk akal untuk memikirkan bahwa kita berpotensi divaksinasi melalui jalur infeksinya.”
Jika vaksin ini lolos berbagai uji coba, Dr Sandy Douglas mengatakan semprotan tersebut dapat didistribusikan di tahun 2022 mendatang, kurang lebih satu tahun lagi.
#ElevateWomen