Fimela.com, Jakarta Self love terbukti bisa memberikan keseimbangan hidup untuk Dian Sastrowardoyo. Ia yang konsisten memisahkan antara kehidupan pribadi dan karier profesionalnya di industri hiburan, pada akhirnya membuat ibu dua anak itu bisa terus bereksplorasi.
Tak hanya sebagai aktris di depan sorot kamera, belakangan ia pun merambah dunia balik layar dengan memproduseri sebuah film komersil. Film Guru-Guru Gokil seolah menjadi pertaruhan nama besar Dian Sastrowardoyo selama hampir 20 tahun sebagai pelaku industri film Tanah Air.
Di sini, Dian juga merangkap jabatan sebagai seorang produser. Tak ingin setengah-setengah, istri Indraguna Sutowo itu pun melibatkan diri dalam setiap proses penggarapan, termasuk menentukan karakter-karakter yang ada di dalamnya.
BACA JUGA
Ya, percaya atau tidak, konsep self love yang sudah tertanam dalam diri, menurut Dian Sastrowardoyo cukup memudahkan dirinya menjalani perannya sebagai seorang produser. Dengan rasa percaya diri yang sudah dimiliki, Dian mengaku tak merasakan kesulitan meski harus berhubungan dengan banyak orang yang belum pernah ia kenal sebelumnya.
"Pada saat udah punya self love, udah punya konsep yang matang tentang diri sendiri, aku jadi orang yang jauh lebih percaya diri. Untuk kerjasama dengan orang lain juga kita punya attitude yang jauh lebih positif," kata Dian Sastrowardoyo saat berbincang dengan Fimela.com beberapa waktu lalu.
Dian mencatat, ada beberapa nama pemeran yang belum pernah bekerjasama dengan dirinya sebelum film Guru-Guru Gokil. "Karena kan aku di sini jadi produser dan aku kerjasama sama aktor-aktor yang aku belum pernah kerjasama sebelumnya. Sama Gading belum, sama Faradina Mufti belum pernah, sama Asri Welas belum pernah, Ibnu Jamil, Kiki Narendra, hampir semuanya belum pernah cast-nya. Sutradara-nya juga baru dan aku belum pernah (kerja sama)," lanjutnya.
Dari sebuah self love, Dian pun berusaha membawanya pada pekerjaan. Ia berusaha menghadirkan rasa itu kepada apa yang dilakoninya, menularkan kepada sekelilingnya, termasuk beberapa pemeran dan tim produksi yang terlibat dalam film besutannya.
"Jadi semua aku yang ngajak kenalan duluan dan gimana caranya mereka bisa nyaman kerja sama aku, kan tergantung gimana aku bikin mereka merasa welcome kan, jadi kayak bener-bener i have to show kalau aku emang pengen lebih kenal mereka lebih jauh dalam rangka kita bisa kerjanya enak gitu loh," jelasnya kemudian.
Lebih lanjut, bagi pemeran Cinta di film AADC itu, self love yang sudah ia miliki bisa menjadi 'ice breaking' yang terbukti ampuh meminimalisir kakunya proses kerja secara tim dalam menggarap sebuah film. Hasilnya pun terbilang ampuh ketika seluruh pemain bisa menyelesaikan pekerjaannya secara maksimal.
"Jadi, orang kan malu belum pernah kerja sama saya, ketemu sama aku tuh malu-malu, jadi harus kita yang nyapa duluan, kita yang ngajak ngomong duluan, kita yang 'break the ice', membuat orang merasa welcome gitu loh sama kita. Pas udah welcome biasanya mereka juga buat ngerjain apapun lebih kooperatif gitu loh," terang Dian Sastrowardoyo.
Advertisement
Sosok Nirmala, Self Hate
Film Guru-Guru Gokil sendiri sudah menyelesaikan proses syuting. Sebagai pengantar menuju waktu penayangannya, BASE Entertainment juga sudah merilis teaser poster dan teaser trailer dari film tersebut.
Yang kemudian menarik untuk dibahas, di film Guru-Guru Gokil Dian Sastrowardoyo tampil dengan 'look' yang sangat berbeda dari film-filmnya terdahulu. Ketimbang memanfaatkan jabatannya sebagai produser untuk memainkan peran yang 'mainstream' dengan citra baik dan cantik, Dian memilih untuk tampil lusuh.
Ialah sosok Ibu Guru Nirmala, karakter yang dibuat Dian Sastrowardoyo untuk dirinya sendiri. Disebut lusuh, lantaran dalam official teaser yang sudah dirilis, karakter Nirmala memang sama sekali tak mencerminkan hal yang diidam-idamkan banyak perempuan secara fisik.
Dalam cerita, Nirmala adalah seorang guru kimia di sebuah sekolah yang memiliki segudang permasalahan pribadi di luar profesinya sebagai tenaga pengajar. Dengan segala problematika yang harus dihadapi, Dian Sastrowardoyo membentuk karakter Nirmala layaknya perempuan yang tidak memiliki waktu untuk mencintai dirinya sendiri.
"Nirmala itu nggak terlalu punya self love sebenernya. Jadi dia tuh kayak hidupnya tuh agak keras. Dia kayak punya problem rumah tangga gitu sama suaminya, dan dia tuh kerjaannya banyak banget sebagai guru, jadi dia selalu memprioritaskan suaminya, anak-anak muridnya di sekolah, pekerjaannya, baru dirinya sendiri," tutur Dian.
"Makanya kalau kita lihat penampilan dia tuh bener-bener kayak jerawatan, (rambut) selalu berantakan kayak belum keramas seminggu. Bener- bener, 'aduh ni orang kok berantakan banget sih'. Orangnya baik, tapi dia terlalu merasa bahwa segala sesuatu jauh lebih penting dibanding dia sendiri. Jadi dia tuh kayak selalu memposisikan dirinya tuh kayak prioritas nomer berapa, yang penting kerjaan dulu, yang penting suaminya dulu," paparnya.
Diakui Dian, karakter Nirmala memang bertolak belakang dengan dirinya saat ini. Namun, ia mengatakan jika dalam kehidupan nyata, masih banyak orang-orang yang memiliki mental seperti ibu guru Nirmala.
"Kan ada orang yang memang secara insting tuh kayak gitu, dan aku gemes gitu loh lihatnya. Maksudnya nggak usah jadi ngelayanin semua orang, kita juga jadi begah ada di sekitar dia," ungkap Dian Sastrowardoyo.
Dian pun jujur menuturkan untuk mendalami karakter Nirmala tak begitu sulit. Pasalnya, di lingkungan terdekatnya pun masih ada orang yang memiliki konsep pemikiran seperti yang dilakukan oleh Nirmala.
"Untuk bisa masuk ke Nirmala tuh aku kayak harus bisa pakai imajinasi aku sih, karena kebetulan aku punya referensi lumayan deket dan punya bayangan lah kalau orang kayak gitu cenderung nggak terlalu senang sama diri sendiri. Jadi kayak self hate gitu loh, suka ngata-ngatain dan suka mengutuk diri sendiri gitu," tuturnya.
Cinta dan Cek Kosong
Yang kemudian perlu diingat, di film Guru-Guru Gokil, Dian Sastrowardoyo tak hanya sebagai penerjemah cerita (tugas pemain), melainkan salah satu pembuat cerita (tugas produser). Segala kemalangan hidup yang dinikmati karakter Nirmala nyatanya hanya sebatas teaser.
Melalui ibu guru Nirmala, Dian seolah ingin menyampaikan pesan tentang pentingnya memiliki rasa cinta pada diri sendiri yang sudah terlebih dahulu ia terapkan dalam kehidupan pribadinya. "Lewat film Guru-Guru Gokil ini, lewat peran Nirmala, sebenernya kita pengen mulai mengkomunikasikan kalau self love tuh penting loh," ucapnya.
"Perkembangan karakter Si Nirmala di film ini tuh sebenernya dari nggak self love jadi lumayan lebih self love. Terakhir tuh kita bisa melihat, 'ih dia (Nirmala) lebih keurus ya, lebih cantik, lebih bisa ngurus diri'. Karena ternyata dia melihat untuk bisa menyayangi orang-orang sekitar kita dan menyayangi orang-orang yang kita cintai, kita tuh harus bisa menyayangi diri kita sendiri dulu," jelas Dian Sastrowardoyo.
Bagi Dian, sudah menjadi suatu urgensi untuk bisa mengkampanyekan tentang pentingnya mencintai diri sendiri di tengah kultur Timur yang menjunjung tinggi asas rendah hati yang terkadang justru kebablasan. Menurutnya, rendah hati tak mesti merendahkan diri sendiri di hadapan orang lain jika berkaca dari karakter Nirmala.
"Jaman sekarang, orang tuh yang menarik, yang punya percaya diri. Memang di budaya kita tuh banyak yang ngelihat bahwa rendah hati tuh bagus, rendah hati tuh baik. Tapi kadang-kadang tuh suka agak-agak kayak missed konsepsi sama rendah diri," ungkapnya.
Dan sebagai salah satu pekerja di industri hiburan Tanah Air, Dian Sastrowardoyo pun merasa sudah menjadi kewajibannya untuk mengubah sedikit kultur masyarakat Indonesia lewat hal yang memang ia kuasai, yaitu perfilman. Melalui film Guru-Guru Gokil, khususnya karakter ibu guru Nirmala, Dian ingin menyampaikan pesan jika self love adalah hal yang mutlak dimiliki oleh setiap orang.
"Yang aku coba sampaikan adalah kita jadi perempuan kayaknya tetep harus bisa self love, kita harus bisa menyayangi diri kita sendiri, urusin diri kita sendiri dengan baik, untuk bisa menjadi orang yang lebih bermakna dan lebih berguna buat orang lingkungan sekitar kita. Nirmala itu adalah orang yang benci sama dirinya sendiri, terus abis itu akhirnya dia bisa menemukan cara untuk mengatakan tidak dan 'speak up' kalau dia nggak setuju, kalau dia tertekan, akhirnya dia jauh lebih bisa membantu teman- temannya dan membantu anak-anak muridnya setelah dia sudah bisa menyayangi diri sendiri dan mengurus diri sendiri," katanya.
Bagi Dian, berdasarkan konsep hidup yang ia yakini secara personal, mencintai diri sendiri harus selalu menjadi prioritas. Jika sudah dapat mencintai diri sendiri, menurutnya akan lebih mudah memberi cinta dan dampak positif bagi lingkungan.
Terakhir, Dian Sastrowardoyo pun menganggap self love adalah salah satu bentuk investasi diri yang harus dimiliki publik, meski dalam kenyataannya kerap dibatasi oleh keadaan. Merujuk pada sosok Nirmala yang memiliki banyak keterbatasan dalam hidup namun tetap bisa menemukan self love, sudah sepatutnya masyarakat pun bisa melakukan hal serupa.
"Karena cinta tuh kaya cek kosong kalau kita belum sayang sama diri kita, tapi sok-sok ngurusin orang lain. Orang ga punya duit, mau ngasih orang-orang duit. Ibaratnya kita tuh kayak tabungan bank, kita cuma bisa ngasih orang lain uang kalau kita udah punya tabungannya. Kalau kita sok-sok memprioritaskan orang lain, kasih dulu, tapi kitanya boncos sendirian itu kan kayak cek kosong," ungkap Dian.
Terakhir, Dian menegaskan bahwa di film Guru- Guru Gokil ini, dirinya ingin bercerita hal yang sama lewat peran Nirmala. "Walaupun kita jauh dari sempurna, kita tetep bisa kok menemukan hal-hal yang baik tentang diri sendiri. Walaupun saya secara financial masih jauh dari kesempurnaan, kamu bisa tetap menyayangi dan menyukai diri sendiri," pungkas Dian Sastrowardoyo.
Advertisement