Tidak Melulu Ekonomi, Anak Stunting Bisa Karena Ibu Kurang Nutrisi

Vinsensia Dianawanti23 Jan 2023, 17:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Kesadaran pentingnya nutrisi pada anak di masa tumbuh kembangnya memang menurunkan angka stunting di Indonesia. Namun data dari Kementerian Kesehatan menyebut anak stunting yang mengalami kurang gizi kronis masih sekitar 23%.

Dari angka tersebut, artinya 1 dari 4 balita di Indonesia mengalami stunting. Faktor kondisi ekonomi sering disebut-sebut sebagai penyebab anak stunting. Dr. Ray W. Basrowi, MKK menjelaskan kondisi ekonomi keluarga memberikan pengaruh secara tidak langsung pada kondisi stunting pada anak.

"Memang ada hubungannya. Karena stunting itu sudah tahap akhir dari kurang gizi kronis. Sesimple tidak mendapat makanan yang benar. Ada hubungannya dengan daya beli keluarga. Ketika keluarga tidak mampu membeli makanan yang bergizi, otomatis kecukupan gizinya berkurang," kata Dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK dalam Fimela Talks.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Perempuan bernutrisi cukup

Ilustrasi/copyrightshutterstock/RONNACHAIPARK

Namun menurut dr. Ray, pola asuh keluarga dan pengetahuan ibu soal gizi anak yang kurang baik memberikan pengaruh yang tidak kalah besarnya. Dalam penelitian yang dilakukan di Afrika dan Eropa Barat menunjukkan ibu atau perempuan dalam keluarga memiliki status dan pengetahuan gizi yang baik pasti 96% anak di dalam keluarga tersebut tidak akan stunting.

Sebaliknya, jika perempuan di dalam keluarga atau di lingkungan sekitarnya memiliki pengetahuan gizi yang buruk, kemungkinan anak jadi stunting atau malnutrisi lebih dari 80%.

"Perempuan itu center dari ketahanan pangan keluarga," kata dr. Ray.

 

3 dari 3 halaman

Tidak harus mahal

Menurut penelitian, perempuan memiliki pengaruh 6-8 kali terhadap ketahanan pangan keluarga. Bahkan sejak anak masih di dalam kandungan dengan asupan ibu hamil yang bernutrisi. Saat bayi lahir, ibu memiliki tanggung jawab sepenuhnya untuk memberikan ASI ekslusif selama enam bulan. Dibarengi dengan stimulasi yang mencegah terjadinya gangguan makan pada anak.

"1000 hari pertama anak itu belajar lewat visual dan mencontoh. Yang dicontoh adalah yang paling deket, yaitu ibunya. Ketika ibu atau perempuan memiliki pola makannya tidak baik, pola dietnya salah, status nutrisinya ngga bagus, dampaknya potensi stimulasi anak dan cara belajar yang didapat anak juga salah. Sehingga potensi untuk kena stunting dan gangguan pola asuh jadi lebih besar," jelas dr. Ray.

Soal jenis makanan yang dikonsumsi tidak melulu harus yang bermerek dan mahal. Ada begitu banyak sumber pangan lokal yang bisa didapat dengan harga yang lebih terjangkau namun tetap memiliki gizi yang seimbang. Yang terpenting bagaimana ibu bisa memenuhi kebutuhan mikro dan makro nutrient pada anak dan keluarga sesuai dengan rekomendasi Isi Piringku dari Kementerian Kesehatan.