Sukses

Health

Hari Gizi Nasional 2023: Presiden Jokowi Ungkap Stunting di Indonesia Turun 21,6 persen Tahun 2022

Fimela.com, Jakarta Hari Gizi Nasional diperingati setiap tanggal 25 Januari. Tahun ini mengangkat tema “Protein Hewani Cegah Stunting”. Tema tersebut diambil karena masih banyak kasus stunting pada anak akibat berbagai faktor, termasuk kurangnya asupan protein hewani. 

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4%. Meskipun angka tersebut mengalami penurunan sejak tahun 2019, namun isu stunting masih menjadi tantangan pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting hingga 14% pada 2024.

Presiden Jokowi saat membuka Rakernas Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana

(Banggakencana) dan Percepatan Penurunan Stunting tahun 2023 di Jakarta, pada 25 Januari 2023. 

 Dalam akun Instagramnya, ia mengatakan sumber daya manusia unggul dan berkualitas adalah kunci daya saing bangsa. Semua negara saat ini saling berkompetisi dan bersaing dalam semua hal, dari investasi hingga teknologi.

“Dalam kaitan itu, saya meminta agar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dapat menialankan tugas dengan baik, di antaranya meningkatkan kualitas keluarga dan menjaga keseimbangan pertumbuhan penduduk. Sebanyak 1,2 juta penyuluh di BKKBN plus pendampingnya tentu mampu melakukan itu,” ungkapnya

Selain itu, Jokowi pun membahas angka gagal tumbuh atau stunting di Indonesia telah mengalami penurunan dari 37 persen pada tahun 2014 menjadi 21,6 persen di tahun 2022. Target penurunan angka stunting menjadi 14 persen harus dapat dicapai pada tahun 2024.

 “Ini sebuah kerja besar mengingat jumlah balita yang ada di negara kita juga tidak kecil, 21,8 juta. Target penurunan stunting tersebut dapat dicapai jika semua pihak bekerja sama,” ujar Jokowi. 

Mengenal stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Stunting juga diakibatkan kurangnya asupan vitamin dan mineral, buruknya sanitasi dan akses terhadap layanan kesehatan, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.

Protein hewani diperlukan oleh tubuh yang salah satunya efektif dalam pencegahan stunting. Protein hewani seperti daging ruminansia: daging sapi, daging kambing, daging rusa, dan lainnya; daging unggas: daging ayam, daging bebek, dan lainnya; ikan termasuk seafood, telur dan susu serta hasil olahnya.

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS., Guru Besar Pangan dan Gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB) menjelaskan, sangat penting bagi masyarakat untuk memahami piramida makanan sebagai Pedoman Gizi Seimbang dan penerapan Isi Piringku menggunakan slogan Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA).  Hal ini bisa diterapkan oleh orangtua kepada anak-anak mereka bahkan saat masih di dalam kandungan 

“Kita membutuhkan aneka ragam pangan, baik sumber karbohidrat, protein, maupun vitamin dan mineral, yang jika dikonsumsi dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan dan tidak tercemar bahan berbahaya yang merugikan kesehatan,” kata Prof. Ali Khomsan.

Lebih lanjut lagi, pedoman konsep B2SA adalah (1) Beragam, dimana terdapat bermacam-macam jenis makanan, baik hewani maupun nabati, sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral; (2) Bergizi, adalah makanan yang mengandung zat gizi makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tubuh;(3) Seimbang, dikonsumsi secara cukup sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu dengan tetap memperhatikan proporsinya sesuai dengan Isi Piringku,

Serta; (4) Aman, yaitu bebas dari cemaran fisik, kimia, dan mikrobiologi sehingga proses pengolahan dan penyimpanan makanan harus dilakukan dengan baik.  

Hal ini dipercaya sebagai pengganti konsep empat sehat dan lima sempurna, karena kebutuhan gizi tiap individu berbeda-beda dan tidak dapat disamaratakan. Dengan menerapkan B2SA, kekurangan zat gizi dari satu jenis makanan akan dilengkapi dengan zat gizi dari makanan lain.

 

What's On Fimela
Loading